My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Minggu, 23 Juni 2013

DONT GO ANYWHERE

Saat-saat yang dinanti pun tiba. Aku membuntuti Mikki yang sedang didorong menuju ruang operasi. Aku hanya bisa berdoa semoga Mikki dapat sembuh seperti pertama dia ditakdirkan untuk memiliki kesehatan lahir dan batin. Amiin. Mikki aku yakin kamu bisa melewati operasi ini dengan baik.
Waktu berjalan dengan sangat cepat, tidak terasa aku pun terbangun saat ada yang menyentuh pundakku dengan lembut seakan-akan tidak mau membangunkanku.
"Eh, tante. Ada apa?", kataku sembari membenarkan posisi dudukku.
"Maaf, nak. Tante ganggu", ucap wanita itu yang ternyata adalah mamanya Mikki.
"Gak papa kok tante. Ada pa?".
"Maafin tante ya nak sudah buat kamu repot".
"Repot? Maksud tante apa?".
"Menurut tante, kamu lah yang paling heboh banget untuk nyari donor hati kemana-mana demi Mikki. Makasih ya, tante gak tahu mau ngapain kalo kamu gak nyari donor hati untuk Mikki. Tante udah kehabisan akal dan segalanya. Mungkin. Makasih ya nak, kamu memang sahabat yang paling berharga untuk Mikki", puji mamanya Mikki ke Aku.
"Itu gak seberapa kok tante. Sakit yang aku rasain belum tentu sesakit Mikki yang sedang dioperasi didalam dan belum tentu juga sakit yang Mikki rasain didalem itu sesakit tante melahirkan Mikki", ucapku dengan senyum. Tapi aku melihat perubahan pada ekspresi wajah mamanya Mikki. Apakah ada yang disembunyiin dari aku? atau Mikki?
"Tante, ada apa?", panggilanku memecahkan lamunan mamanya Mikki. "Kalo mau cerita, ya diceritain aja. Kalo ada masalah sharing aja, biar gak nambahin beban pikiran".
"Tante cuma mau kamu janji aja nak".
"Janji? Buat apa ya tante?", Aku bingung mendengar ajakan mamanya Mikki.
"Tante memiliki sebuah rahasia yang menurut tante itu adalah rahasia besar. Dan tante ingin menceritakannya sama kamu tapi tante ingin kamu janji sama tante untuk tidak mengash tahu siapapun tentang ini". Aku pun bertambah bingung dengan semua yang dibicarakan mamanya Mikki. "Oke lah tante aku janji gak bakalan kasih tahu siapa pun tentang rahasia ini", jawabku mantap.
"Emang ada apa sih tante?", tanyaku penasaran.
"Sebenarnya, Mikki............. bukan anak kandung tante". Saat mendengar pernyataan itu rasanya aku ingin menangis dan berlari. Tapi untuk apa? Dan mengapa aku merasakan sakit?.
Akhirnya dokter keluar dari ruang operasi. Mamanya Mikki langsung berlari kearah dokter dan menanyakan keadaan Mikki.
"Mikki merupakan salah satu orang yang beruntung karena memiliki sahabat seabaik anak itu bu. Operasi Mikki berhasil, berjalan dengan lancar. Untuk sekarang Mikki belum bisa diganggu. Dia juga merupakan anak yang kuat bu, setelah operasi selesai dilakukan Mikki langsung sadar dan memanggil nama seseorang. Anak itu yang dari tadi dipanggilnya", tanggannya menunjuk kearahku. "Nak, kamu dipanggil oleh Mikki".
"Makasih Dok", ucapku berjalan menuju ruang operasi.
"Ingat janjimu tadi".
"Maafkan aku bila aku terlupa", kataku dengan kepala menunduk.

Selasa, 21 Februari 2012

DONT GO ANYWHERE

"Aku gak kuat kalo begini caranya, Ki. Aku ingin besok kita udah bisa main lagi tanpa menunggu satu tahun lagi. Aku ingin besok kamu sudah dioperasi, jadi satu bulan sudah itu kita bisa main sama-sama lagi," tegasku sambil melepaskan pelukan Mikki.
"Tunggu dulu. Aku yang menghadapi semua ini, aku yang merasakan sakitnya penyakit ini, aku yang capek dengan semua ini, dan aku juga akan lebih sedih dari kamu bila kamu seperti ini terus," cegahnya saat aku ingin pergi meninggalkan ruangannya, "Aku gak bisa lihat kamu seperti ini terus, sangat tidak bisa," ucap Mikki dengan nada menahan tangisan, "Aku semakin sakit saat kamu seperti ini..."
"Dan aku pun....," putusku.
"Dan aku pun semakin sakit saat kamu menceritakan tentang apa yang kamu lakukan beberapa hari ini. Terima kasih dengan semua yang sudah kamu lakukan Sahabat Tersayangku. Terima kasih. Aku tahu kamu tidak mau kehilangan aku begitupun dengan aku yang tidak mau juga kehilangan teman seperti kamu. Aku juga sayang sama kamu. Aku tidak mau ada sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi dengan kamu diluar sana. Aku ingin kamu tetap disini menemaniku sampai tiba saatnya aku dioperasi nanti. Aku sudah mengira hal seperti ini akan terjadi. Hati memang salah satu organ tubuh yang penting, jadi semua orang yang memiliki hati sama kayak aku gak akan mungkin memberikannya langsung sama aku, apalagi dia tidak kenal sama aku," jelasnya memecahkan amarahku. Aku terdiam seribu bahasa walaupun akhirnya aku pergi dan tak meninggalkan satu kata pun. Besok kamu akan dioperasi, itu janjiku.
Aku bingung mau pergi kemana, ingin rasanya aku pingsan. Akhirnya aku pun pergi menuju ketempat persembunyianku. Disana aku dapat berfikir dengan jernih, apa yang harus aku lakukan untuk dapat membuat operasi Mikki dipercepat?
Saat ini aku mungkin sudah bisa dikatakan gila. Hidupku sudah tidak karuan lagi, Penampilan, Prestasi dan semuanya yang dulu ada sudah lenyap. Bahkan, aku pun sudah lupa untuk pergi menjenguk Mikki sahabatku. Aku sudah tidak mau tahu lagi tentang dia. Sampai akhirnya aku mendapatkan telepon dari rumah sakit yang pernah memberikan harapan bahwa hati anda sudah siap untuk didonorkan. Betapa senangnya aku, tapi aku juga menaruh keraguan untuk donor hati itu.
2 bulan sudah aku tidak menjenguk Mikki dan ini kali pertama aku menjenguk Mikki kembali. Ku temukan Mikki yang kurus, berkantong mata, dan disekitar matanya sudah bewarna abu-abu kehitaman. Aku sangat terkejut melihat Mikki yang berubah secara fisik ini, sangat berbeda dengan Mikki yang aku tinggalkan dulu. "Hai, Mikki. Apa kabar? Aku harap kamu masih ingat sama aku." kata-kata pembukaan untuk hari ini.
"Mikki, mengapa kamu jadi kurus begini sih? kamu gak makan berapa minggu? Kamu..."
"Kamu kemana saja selama ini?" putusnya. "Masih mencari donor hati untuk aku? Masih berlari dari siang sampai malam demi hati? atau jangan-jangan...Kamu sudah bosan menemaniku disini?", pertanyaan yang mebuat ku hampir tak dapat membuka mulut.Tarik nafaaas dan Hembuskan..HAA.
"Aku gak seperti apa yang kamu pikirkan kok. Untuk apa aku mencari hati sedangkan orang yang aku carikan tidak mau menerimanya," terdiam sejenak lalu melanjutkan kembali,"Aku cuma mau bilang kalo salah satu rumah sakit yang aku temuin waktu itu mengatakan bahwa sudah ada hati yang pas dengan kamu dan mau mendonorkannya ke kamu kapan pun kamu mau. Cuma itu yang ingin kusampaikan pada hari ini mau langsung bilang 'iya' kalo tidak mau, ya tinggal bilang 'tidak' aja," perkataanku menjawab semua yang dipertanyakan oleh Mikki tadi. Mikki pun berpikir dan langsung menjawab, "Aku siap dioperasi kapan pun, demi kamu". Aku terkejut. Terima Kasih Mikki, kamu mebuat perjuanganku tidak sia-sia.

Senin, 20 Februari 2012

DONT GO ANYWHERE

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berputar menjadi hari, hari berganti menjadi minggu dan semua yang aku lakukan belum mendapatkan hasil. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan dalam keadaan seperti ini. Di satu sisi aku sudah mengalami keputus asaan, disisi lain aku tidak mau menyerah dengan cobaan ini. Mikki tungguin aku ya, aku pasti dapet yang namanya hati untuk kamu. Kamu gak layak mati cepet, hidupmu begitu berharga bagi semua orang yang menyayangi kamu.
Aku lelah, aku capek, dan aku pun beristirahat di bawah pohon yang dari tadi mengajakku untuk berada dibawahnya. Kurasakkan sejuknya udara yang bertiup di tubuhku. Ku bayangkan bila seandainya disampingku ada Mikki. Air mataku jatuh kembali tanpa kusadari. Galau pun mulai terasa di hidupku. Menangisku semakin menjadi saat tak sengaja aku memikirkan bila Mikki sudah tidak ada lagi. Akankah teman yang palingkusayangi pergi secepat itu? Please, jangan ambil dia saat aku masih bersamanya......
Aku pun mulai bangkit dari kegalauan ku dan berangkat membawa sedikit harapan untuk mendapatkan hati yang diperlukan oleh Mikki. Sampai akhirnya aku pun berada di salah satu Rumah Sakit yang menjadi pilihan terakhirku.
"Mbak, apakah disini ada yang mendonorkan hatinya?", Tanya ku tanpa basa-basi dan spontan.
"Ada hasil uji lab nya gak Mbak?", Tanya Suster tersebut.
"Ada Mbak. Ini.", aku langsung memberikan hasil lab yang diberikan oleh Mikki saat aku pinta.
"Tunggu sebentar ya Mbak," Suster itu pun pergi dan meninggalkan sedikit harapan untukku. Setelah beberapa menit ia pergi, akhirnya ia kembali. Please, aku harap kabar gembira.
"Bagaimana Mbak?", Tanyaku tanpa basa-basi.
"Ada hati yang pas dengan hati yang Mbak bawa kesini, tapi dia akan mendonorkan hatinya satu tahun lagi", paparnya. Apa-apaan ini? Satu tahun lagi? Gak bisa gitu dong, masa' sampai selama itu. Bagaimana dengan Mikki? Gak mungkin dia menunggu sampai satu tahun, keburu mati deh sahabat aku.
"Makasih ya mbak," jawabku lemah. Suster itu pun pergi meninggalkan aku yang lemas dan terduduk dilantai Rumah Sakit tersebut. Ya Allah, cobaan macam apalagi ini?.

Aku kembali pergi menuju Rumah Sakit tempat Mikki dirawat. Saat aku membuka pintu, ku temukan Mikki yang sedang tertawa dengan lepasnya bersama tema-temannya. Teman-teman Mikki pun akhirnya keluar saat aku masuk keruangan itu. Mikki heran melihatku tersenyum dengan paksaan kepadanya,
"Ada apa teman? Mengapa kayak gak ikhlas itu senyumnya?" tanyanya penasaran.
"Iya apa? Enggak ah, biasa aja? Kamu apa kabar hari ini?" jawabku untuk mngalihkan perhatian.
"Kok ada yang aneh sih sama kamu?" Mikki makin penasaran.
"Gak kok, biasa aja", aku mengelak.
"Sumpah ada yang beda dengan kamu hari ini".
"Sudah ku bilang hari ini aku biasa aja ya", nada suara ku langsung naik 10 oktav saat Mikki memberikan pertanyaan yang sama. Aku langsung menghadap kebelakang dan meneteskan air mata. Satu langkah aku ingin pulang kerumah, 1000 langkah aku ingin pergi kerumah sakit. Semakin aku ingin pergi dari ruangan Mikki, semakin kuat juga keinginanku untuk tetap bersama Mikki. Aku memutar balik arah tubuhku dan langsung memeluk Mikki yang sedang dirawat. Mikki bingung dengan apa yang kulakukan. Begitu juga pun dengan aku, aku pun tidak tahu apa yang sedang aku rasakan sekarang. Semakin kuat Mikki ingin melepaskan dirinya dari pelukanku, semakin kuatlah aku memeluknya. Aku tidak ingin kehilangannya. Izinkanlah aku untuk memelukmu walaupun cuma sebentar. Akhirnya Mikki pun balas memelukku yang sedang menangis.
"Kamu ada masalah apa sih? Cerita dong sama aku, siapa tahu aku bisa menyelesaikannya." Tanyanya untuk menenangkanku. Aku pun mulai melepaskan pelukkanku,
"Aku kan tadi membawa hasil tes hati kamu keseluruh rumah sakit yang ada di kota ini, tapi hasilnya nihil, Nol Besar tahu gak? Cuma ada satu rumah sakit yang menyediakan donor hati dan pas dengan hati kamu, tapi butuh waktu satu tahun untuk mendapatkannya. Itu waktu yang cukup lama buat ku, aku gak bisa nunggu segitu lamanya untuk bisa main sama kamu. Aku ingin kalau bisa besok kita main sama-sama lagi, bukan satu tahun lagi kita bisa main sama-sama lagi. Aku ingin kita selalu bersama. Dan kalau bisa kita mati juga sama-sama," penjelasanku kepada Mikki sambil menangis menyesal. Mikki terkejut dengan apa yang aku katakan barusan. Matanya berkaca-kaca, hidungnya mulai tersumbat. Mikki pun memelukku yang menangis semakin menjadi saat melihat Mikki yang sedang menahan tangisannya hanya agar terlihat kuat di depan mataku. Aku pun menunduk menyembunyikan semua tangisanku. Walaupun aku tahu, dia pun menangis saat aku ada dipelukkannya.

Rabu, 19 Oktober 2011

DONT GO ANYWHERE

Aku pun bergegas pergi ke rumah sakit tempat Mikki dirawat. Aku dan hatiku saling bertanya jawab, aku binggung, aku gelisah, aku sedih, dan aku pun menangis disepanjang jalan menuju kerumah sakit tempat Mikki dirawat. Ya Allah, berita apa ini? jangan secepat ini kau ambil Mikki dariku, aku belum bisa merelakannya untk pergi. Memang ku akui, lebih baik Mikki meninggal daripada ia hidup tersiksa, tapi biarkan dia hidup dengan sisa tenaganya. Mikki berjuanglah, kamu pasti bisa melewati cobaan ini. Memang aku tidak bisa membantumu dalam musibah ini, tapi yakinlah bahwa aku selalu ada disetiap kamu ada dan membutuhkanku. Itu janjiku.
Setibanya aku di ruang tempat Mikki dirawat aku terkejut. Apa yang dia lakukan? Dia sedang apa itu?. Mikki pun menoleh kearahku dan tersenyum. Akupun mendekatinya. Suster yang merawatnya pergi meninggalkan kami berdua dengan penuh tanda tanya dimana-mana. Lagi-lagi air mataku jatuh dengan sendirinya, aku tidak dapat menahan air mataku lagi, aku tak dapat berpura-pura lagi dengan apa yang kurasakan. Aku pun menarik kursi didekat Mikki dan aku duduk disitu lalu aku menangis dengan lepasnya. Seakan-akan aku ada diruangan kedap suara yang hanya aku dan Mikki yang mendengar suara tangisan aku.
"Maaf, Mikki. Aku tidak dapat lagi menahan air mataku. Aku sudah banyak membendung air dimataku, dan inilah saatnya bendungan itu penuh dan tumpah di pipiku.", perkataan ku dengan nada sedu-sedan.
"Maksudnya kamu kritis tadi apasih? Mau bikin aku cemas? Mau bikin aku panik? Mau bikin aku bingung? iya???? Kamu tahu gak sih, kalau aku itu takut kehilangan kamu. Kamu jangan bikin aku panik lagi ya. Aku gak mau kamu pergi duluan. Kamu kan sahabat terbaikku, Selalu dan Selamanya", perkatannku tadi membuat Mikki sangat merasa bersalah. Hembusan angin pun terdengar saat kami tak mengatakan satu huruf pun. Aku merasa bersalah. Dia juga merasa bersalah, Jadi, yang benar itu siapa?. Kami seperti orang yang tidak akrab, malah sama persis seperti orang yang gak kenal sama sekali. Belum ada kata-kata yang keluar dari mulutku apalagi mulutnya. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk pulang tanpa mengeluarkan suara.
"Kamu gak kangen sama aku?", Mikki pun mulai bicara dan aku pun mulai menghentikan langkah kaki ku menuju keluar menjadi kedalam.
"Ku pikir kamu gak akan pernah ngomong lagi sama aku", sahutku sewot.
"Pasti aku gak akan ngomong lagi. Tapi,.....", katanya berheti sesaat "itu hanya bila aku sudah gak didunia lagi", sambungnya seraya senyum. Aku kaget.
"Kamu gak akan pernah pergi ke alam lain, walaupun kenyataannya harus saat itu kamu harus bersamaku. Jangan pernah membicarakan hal-hal yang belum tentu terjadi dikita. Siapa tahu hal itu akan menimpa orang lain. Jangan asal ngomong, asal bunyi, asal sebut, asal bicara, asal-asalan deh pokoknya. Ingat, aku aka selalu ada saat kamu butuh dengan aku".
"Berarti kamu ada terus dong saat aku dirumah sakit? Pantas, aku merasakan adanya kemoterapi gratis yang langsung masuk kedalam tubuhku, menembus kulit sampai ke hati dan merobek kelainan dalam hatiku ini. Makasih ya udah jadi semangat dan obat dalam hidup aku. Kamu memang sahabat tersayangku, SELALU dan SELAMANYA.". Kata-kata itu lagi yang aku dengar dari dirinya, aku akan selalu mengingat kata-kata itu bila akhirnya memang kau yang harus pergi duluan. Sekarang kalau misalnya aku gak mau kehilangan dia terlebih dahulu bagaimana caranya aku bisa lebih dulu darinya????. Gak mungkin. Gak mungkin aku melakukan hal bodoh yang sering terjadi di lingkungan hidup. Jadi, harus bagaimana? Mungkin ini pertama kalinya orang yang mau mati tapi memberi kesan yang berbeda.
"Ada apa sih, kok bengong? Mikirin siapa? Ngaku aja deh", ucapan Mikki mengganggu konsentrasi ku untuk dapat lebih dulu darinya. Dengan spontan aku menjawab,"Aku lagi mikirin kamu". Diam terasa kembali. "Kapan kamu dioperasi?", pertanyaan spontanku.
"Aku gak tahu kapan. Aku akan dioperasi bila ada yang mendonorkan hatinya secara ikhlas ke aku. Tapi sampai sekarang, belum juga ada yang mendonorkan hatinya ke aku. Maaf ya."
"Untuk apa kamu minta maaf kepadaku? Kamu gak salah kok. Sabar ya, pasti akan ada orang yang baik hati, manis, cantik/cakep, perfect lah yang bisa buat kamu sembuh. Sabar memang pahit, tapi percayalah sabar berbuah manis bila dibarengi dengan ikhlas."
"Aku sempet mikir gini ya, lebih baik aku mati aja kalau akhirnya aku menderita dan tersiksa gini. Tapi, dengan adanya kamu disini, dihidupku aku sadar bahwa hidup itu berharga, hidup itu anugrah, hidup itu indah. Dirimu tak lekang oleh waktu di hati... maksudku dihidupku", pujinya sambil tersenyum manis dengan ku.
"Biasa aja kali. Aku tahu kalau setiap orang yang kenal dengan aku itu pasti bakalan happy, jadi biasa aja kali", kamu pun tertawa bersama "Makasih ya, sudah menempatkan aku di tempat yang paling spesial di hidup kamu.
"Iya, sama-sama ya."
"Oh iya, aku boleh mintak hasil lab dari pemeriksaan kamu kemarin gak?"
"Untuk apa?"
"Untuk membantu aku mencari orang yang mau mendonorkan hatinya ke kamu."
"Gak usah repot-repot sahabat, adanya kamu disini pun aku juga senang".
"Tapi, tanpa hadirnya dirimu di luar bersamaku aku gak senang. Sekarang mana hasil lab-nya.". Mikki pun memberikan hasil labnya kepadaku. Aku pun langsung beraksi. Aku pergi ke setiap rumah sakit yang ada dikota ini. Aku mencari apakah ada yang mau mendonorkan hatinya ke Mikki. Gayaku mencari hati sama seperti Detectif yang sedang mencari barang bukti untuk di serahkan ke hukum. Tapi, aku gak mau sampai ada sangkut-pautnya dengan hukum. Karena aku bukan detectif. Mikki, tunggu aku ya. Aku akan memberikan sesuatu untukmu tanpa kau sadari. Aku hanya ingin kamu cepat sembuh kok, Ki. Gak lebih.

Minggu, 09 Oktober 2011

DONT GO ANYWHERE

Setelah kejadian itu, Mikki kembali lagi seperti sedia kala. Mikki aku sangat sayang kamu, kamu tahu itu kan. Kalau bisa menghentikan waktu, aku hentikan saat-saat kita tertawa bersama seperti saat ini. Memang bukan aku yang mengendalikan kehidupan ini, memang bukan aku penguasa raga dan dunia ini, tapi aku pinta kepadamu yang maha segalanya aku ingin sahabat ku pergi setelah aku pergi.
"Main lagi yuk", ajak Mikki sambil cengingisan kayak kuda kasmaran.
"Udah dulu, ya. Capek nih, istirahat ya. Sebentar aja, janji deh", pintaku dalam kelelahan.
"Tapi, aku masih mau.....", ucapannya terputus, Mikki mengelus-elus dadanya. Wajahnya pucat. Sepertinya ia sedang menahan rasa sakit yang sangat sakit. Ya Allah, ada apa ini? Aku gak ingin kalau waktu yang tidak diinginkan itu datang pada hari ini. Mikki pun sudah tidak sanggup lagi duduk, ia sudah menggeletakkan tubuh kekarnya di sampingku. Aku bingung, aku pusing, aku panik, aku harus ngapain?. Bergegas aku menelpon rumah sakit dan orang tua Mikki. Ambulance datang, Mikki dan aku pun berangkat ke rumah sakit terdekat. Disepanjang jalan aku selalu berdoa, memohon agar Mikki kembali normal, kami belum puas bermain tadi. Setibanya di rumah sakit, aku ikut mengantarkan sahabat terbaikku menuju ruang UGD. Tidak lama kemudian, orang tuanya Mikki datang dan menanyakan semua pertanyaan dengan nada kepanikkan kepadaku. Dokter pun keluar dari ruangan tempat Mikki dibawa tadi.
"Bagaimana dokter keadaan anak saya? Dia baik-baik saja kan? Dia gak kenapa-kenapa kan?", tanya mama Mikki dengan kepanikkan dan kehisterisan yang bercampur dengan tangisan.
"Anak ibu mengidap kelainan pada hatinya yang sudah parah. Dia bisa selamat dengan cara mencangkok hatinya. Tapi, kita perlu pendonor yang rela memberika hatinya ke anak ibu", jelas dokter yang menangani kasus Mikki.
Mendengar pernyataan dokter tadi, membuat kami sedih. Mama Mikki tidak dapat membendung air matanya, ia tidak mau kehilangan anak tercintanya. Begitu pun aku. Aku tidak dapat kehilangan sahabat tersayangku, aku gak mau dia pergi mendahuluiku. Aku pun berlari sekuat-kuatnya untuk keluar dari tempat mengerikan itu. Aku berlari kemana pun aku mau, aku berlari tanpa arah, yang ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin mengejar dan mendapatkan kesehatan milik Mikki lagi. Bila aku mendapatka kesehatan Mikki lagi, akan aku kantongi dan akan aku bawa kembali ke Mikki terus aku kasih ke Mikki. Lalu bilang " hai, Mikki. Coba tebak aku bawak apa untuk kamu. Aku bawak kesehatan untuk kamu. Nih, kesehatan kamu. Aku bonusin hanya untuk kamu satu nyawa cadangan. Jadi kamu gak akan bisa cepat dong pergi dariku". Aku pun berhenti berlari dan teriak sekencang-kencangnya, sekuat-kuatnya dan sekeras-kerasnya, biar semua orang tahu tentang kondisi Mikki sekarang, biar semua orang bisa bantu aku dan Mikki. Ingin sekali aku ngomong sama orang- orang," Woy, makhluk dimuka bumi ini dengerin aku sebentar. Sahabatku sedang sakit, tolong bantu dia. Dia sekarat sekarang, aku gak mau kehilangan dia. Please, tolong aku. Aku mau jadi apa saja yang kalian inginkan, jika kalian mau membantu temanku".
Seketika itupun aku menangis tersedu-sedu karena membayangkan sahabatku yang nantinya akan pergi. Aku pun pulang ketempt persembunyianku, disini aku dapat menangis, berteriak dan melakukan apa saja yang aku mau. Otakku pun mengulang waktu aku di bawa oleh Mikki ke sofa kepunyaanku. Aku pun menangis lagi disofa yang mengingatkan aku dengan Mikki.
Aku pun membesuk Mikki di keesokkan harinya. Aku melihat Mikki yang kurus, pucat, dan tergeletak tak berdaya, sangat berbeda dengan Mikki yang ku kenal sejak lama. Tapi, mau bagaimana pun keadaan Mikki, dia tetap sahabatku dan akan selalu menjadi sahabatku selamanya walaupun tak seutuhnya milikku.
"Mikki, aku datang menjeguk kamu. Cepet sembuh ya. Aku selalu mendoakan agar kamu sehat dan gak sakit-sakitan lagi. Supaya kita bisa main sama-sama lagi. Tertawa, menertawakan dan ditertawakan bersama. Cepet sembuh ya. Aku kangen nih. Kangen banget malah sama kamu. Untuk sekarang aku belum bisa ngelihat senyum khasmu yang membuat kamu tambah manis. Kali ini aku jujur, aku sangat seneng banget sudah dipertemukan dengan orang yang sekarang jadi sahabat aku. Bukan penysealan bagiku mengenal kamu. Kamu akan selalu menjadi hal terindah dihidupku. Kuat ya. Sahabatku tersayang pasti bisa menjalani cobaan ini. Kamu kan hebat, dahsyat, spektakuler dan semuanya lah . Aku gak mau pertemuan terakhir kita berakhir di rumah sakit. OK, sahabatku tersayang. Doa terbaikku selalu menyertaimu. Selalu dan selamanya."
Aku pun menaruh kumpulan buah itu dimeja yang berada disamping tempat tidur Mikki, lalu berjalan meninggalkan Mikki yang sedang dalam ujian terberatnya. Berat bagiku untuk meninggalkan Mikki sendiri, tapi mau bagaimana lagi? aku tidak dapat melakukan apa-apa, yang dapat aku lakukan adalah berdoa dan memohon agar Mikki diberi keajaiban yang membantunya untuk hidup dan sehat kembali.
"Kring, Kring, Kring", telponku berbunyi keras sekali.
"Assalamualaikum", terdengar suara wanita yang ada di telpon. Suaranya seperti orang yang terkena flu.
"Wa'alaikum salam. Ada yang bisa saya bantu?" jawabku.
"Banyak nak. Mikki selalu memanggil namamu. Mikki butuh kamu sekarang. Cepat kesini ya, dia sedang kritis".
"Iya dan secepatnya saya akan kesana", ingin rasanya aku yang menggantikan Mikki. Ingin rasanya aku yang persi dan tidak mengetahui apa yag terjadi dengan Mikki. Ya Allah, sembuhkan lah teman terbaikku.

Kamis, 06 Oktober 2011

DONT GO ANYWHERE

Hari-hari kami lewati dengan kesunyian dan kemisteriusan. Seakan-akan kami sedang menunggu siapa yang akan terlebih dahulu pergi meninggalkan kami. Kami hanya menyimpan tanda tanya itu dibenak masing-masing. Setiap hari aku berdoa, semoga kami berdua tidak saling mendahului dan selalu menjaga kekompakkan ini sampai takdir yang tidak diinginkan itu datang. Aku merasakan banyak yang berubah dari temanku Mikki. Seakan-akan besok dia sudah mau meninggalkan aku dan dunia ini. Sering kali aku melihat Mikki senyum sendiri, galau, sedih, bimbang, bingung, semuanya ia lakukan sendiri tanpa mengatakan apapun kepadaku. Mikki, apa maksud semua ini? aku gak ngerti, cerita dong, maunya kamu itu apa? ngomong dong, aku ingin kamu ngomong lagi kalo aku itu sahabat tersayang kamu. Sampai akhirnya aku gak sanggup ngejalani ini semua, tanpa arti yang jelas dan dapat aku mengerti sepenuhnya "Mikki, maksud kamu itu apasih?". Mikki pun terkejut dan memandang kearahku dengan tatapan kosong. Ada apa dengan Mikki? ya Allah, kembalikan Mikki ku yang dulu.
Waktu terus berjalan, Mikki tetap dengan kemisteriusan. Sampai akhirnya ku temukan beberapa surat yang tidak sengaja kulihat ada di tas Mikki yang sedang terbuka. Aku sangat terkejut dengan isi surat ini. Maksudnya apa? Kok Mikki gak cerita?. Isi surat itu sangat membuatku sedih, Mikki si manis yang senang tertawa, menertawakan dan ditertawakan itu mengidap kelainan pada hatinya yang serius. Masya Allah Mikki, maksudnya gak cerita itu apa sih?. Mikki menuju ketempat ku berdiri, sepertinya dari tadi dia mengawasiku dan melihatku membaca suratnya. "Sudah bacanya", tanyanya dingin kepadaku.
"Kok kamu gak cerita sih? Kamu ngerasain gak apa yang ku rasain sekarang? Aku sedih tahu. Kalo memang harus kamu yang pergi duluan secepatnya aku akan nyusul kok, santai aja.", ucap ku sambil menahan sedih dan air mata.
"Kalo memang harus aku yang pergi duluan, kamu gak usah nyusul aku ya. Nanti yang ngirimin bunga, doa, cerita ke aku siapa?".
Pernyataan Mikki itu membuat aku menangis dan dengan spontan aku pun memeluk Mikki. "Aku gak akan ngebiarin kamu pergi duluan, kamu sangat berharga bagiku. Ku mohon ya, kamu harus kuat demi aku. OK.", Aku pun melepaskan pelukanku. Aku gak kebayang kalo nanti aku harus ditinggalin sama sahabat TERBAIK ku.
"Tenang aja ya. Aku selalu kuat kok, kan ada kamu yang jadi obatnya. itulah sebabnya aku gak mau lihat kamu menagis." sambil membasuh air mataku yang membasahi pipi. "Kalo memang harus aku yang pergi, kamu jangan sedih ya, jangan nangis kayak gini ya, jangan melalaikan tugas sekolah ataupun tugas kehidupan, jangan pernah berfikir kalo kamu harus nyusul aku ya, jangan pernah berhenti kirimin doa untuk aku ya, pokoknya enjoy aja. Kayak kita biasa."
Aku hanya terdiam sambil meneteskan air mata. Pertanyaanku tetap menghantuiku. Aku pusing, dan akhirnya malah aku yang pingsan. Aku meyadarkan diriku disofa yang sering aku rasakan. Ternyata aku ada di tempat persembunyianku.
"Mangkanya, kalau berfikir itu yang positif dong jangan yang negative terus,", ucap Mikki dengan senyumnya yang khas dan membuat wajah manisnya bertambah manis. Kalo ini memang senyuman terakhirmu sebelum meninggalkanku, aku belum siap. Mengapa harus aku sih yang pingsan? Mengapa gak orang lain saja. "Maaf, ya Mikki. Aku malah yang buat kamu susah".
"Maksudnya?"
"Kamu yang sakit tapi kamu yang membawaku kesini. Singkatnya orang sakit membantu yang sehat".
"hahahahahahahahaha. Cukup hati aku ya yang berlainan jangan sampai otak kamu juga ikut berkelainan. Kita sahabat untuk selamanya kan? Dan aku akan membantu sahabat tersayangku untuk selamanya". JLEP. SER. Aku dengar lagi kalimat itu, seneeeeeeng banget. Cenat-cenut gitu. Ditambah lagi dia ngomong kayak gitu sambil ketawa + senyum lagi, rasanya tuh nge-FLY.

Selasa, 04 Oktober 2011

DONT GO ANYWHERE

"Aku mau ngomong sama kamu?", pintanya.
"Ya, ngomong aja. Biasanya kan kalo kamu mau ngomong ya ngomong aja", ucapku dengan nada biasa saja namun tetap menaruh curiga. Ada apa dengan sahabatku yang satu ini. Beda banget.
"Aku cuma mau ngomong kalo kamu sudah besar nanti jangan lupain aku ya. Kita tetep sahabatan ya. Kita tetep sama-sama ya", pintanya kepadaku. Apa maksudnya semua ini. Kenapa dia? Apa yang salah? Benarkah ini sahabatku yang dulu?.
"Tenang ya Mikki, aku gak akan pernah ngelupain kamu. Musibah terbesarku bila melupakan kamu. Cobaan terberat dalam hidupku", aku mencoba tersenyum walaupun aku tidak sanggup untuk tersenyum. Entah mengapa, pertanyaan tadi membuat aku TAKUT.
"Kau memang sahabat terbaikku", Mikki mulai tersenyum kembali. Aku pun mulai lega karena melihat senyumannya yang menghiasi wajah manisnya. Alhamdulillah ya.

"Mikiiiiiiiiiiiii", teriakku memanggil Mikki. "Apaaaaaa", Mikki menghentikan langkah kakinya.
"Jalan yuks", ajakku. "Mau ya, mau kan, mau dong. Yayayayaya" bujukku dengan senyuman terlebarku.
"Gimana ya???", sambil mikir-mikir gak jelas maksud dan tujuannya."Gimana ya???", ulangnya sekali lagi. Aku mengernyitkan dahi. "OK Deh, mau kemana?" tanyanya dengan semangat.
"Aku mau kesini, kesitu, kesana, kedalam, keluar, kemana-mana", jawabku main-main.
"Kamu bleh kok", selanya.
"Boleh???", pikirku dengan tanda tanya dimana-mana.
"Iya, boleh", tambahnya dengan senyum sumringah. Sok Kemisteriusan.
"Maksudya boleh itu apasih?", tanyaku dengan nada jengkel.
"Kamu boleh kerumahku, kekelasku, kehatiku juga boleh", Jawabnya PD.
"Oh, begitu. sekarang juga aku mau kekelasmu, karena kelasmu adalah kelasku".
"Silahkan sahabatku tersayang". Aku pun hanya terdiam dan tersipuh mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari mulut sahabat baikku.
Pelajaran selesai. MERDEKA. Saatnya kekantin.
"Jadi, kita jalan-jalannya?", katanya sambil memesan makanan buat kami.
"Jadilah", kataku singkat.
"Gitu doang?" tanyanya.
"Apanya?" aku balas bertanya.
"Jawabannya".
"Emangnya, mau gimana?"
"zzzzzzzzzzz".
"OK", putusku. "Jadilah, jadilah,jadilah,jadilah, jadilah, jadilah. Puas kamu, Panjangkan?".
"Hahahahahahahahahahah".
"Kok ketawa sih?". Kalau bukan sahabatku, sudah kutampar nih orang.
"Lucu aja", ucapnya dalam kegelian.
"Apa? Kamu baru tahu ya kalau aku tuh lucu banget. Kemana aja kamu selama ini, baru sekarang kamu sadar kalau aku tuh lucu. BANGET malah", omonganku tadi menghentikan tawanya. "Gitu dong".
"Aku mau nanya lagi nih sama kamu", pintanya lagi.
"Apa".
"Denger ya. Kalo seandainya aku gak ada lagi untuk selamanya, kamu kangen gak sama aku? Nangis gak Kalo gak ada aku? Nyari sahabat lain gak? Benci gak sama aku? Lupa gak sama aku..........".
"Gak ada yang bisa ngambil kamu dari aku", omonganku memutus omongan Mikki. "Kamu akan selalu sama-sama aku. Biarkan waktu bergulir dan membuktikan semuanya. Kamu akan tetap bersamaku dan aku kan tetap selalu bersamamu. Selalu dan Selamanya. Gak ada yang bisa memisahkan apalagi menghancurkan persahabatan kita". Aku terdiam. Mikki pun tak dapat mengatakan sesuatu. Kami pun hanya terdiam dan saling bertatapan mata. Tak sengaja aku pun menjatuhkan air mataku. Aku gak akan pernah bisa nerima kalo Mikki kenapa-napa. Mikki pun menghapus air mataku. Mikki sangat merasa bersalah karena telah membuatku menangis. "Maaf, ya. Bukan maksudku kok buat kamu nangis".
"Bukan kamu yang membuat ku menangis, tapi takdir dan nasib yang telah ditentukan yang membuatku sedih. Untuk apa kita dipertemukan kalo akhirnya kita dipisahkan. Aku sudah terlanjur merasakan indahnya persahabatan, kalau akhirnya harus dilenyapkan aku belum bisa nerima untuk saat ini dan mungkin selamanya. Aku gak bisa kehilangan teman seperti kamu, kamu terlalu berharga bagiku", aku pun menjatuhkan air mataku lagi, lebih banyak dari sebelumnya. Kami pun kembali terdiam untuk kedua kalinya. Mikki yang duduk disampingku, kemudian merangkulku dan menjatuhkan kepalaku di atas pundaknya dan aku pun menangis di pundak Mikki. Maaf Mikki, bukan maksudku untuk menunjukkan senjata terakhirku dihadapanmu. Tapi kehilangan orang yang aku cintai adalah hal terburuk dihidupku.
"Oh ya, ikut yuk", ajak Mikki untuk menghiburku.
"Kemana?"
"Ikut aja. Yuk. Dijamin damai kok", ajaknya.
Sesampainya ditempat yang dijanjikan. Memang benar-benar tempat yang damai dan sangat damai. Kami pun duduk dibawah pohon yang telah ada dan memang ada disitu. Kami menghirup udara segar yang ada ditempat itu dan merasakan udara yang berhembus sepoi-sepoi. Tempat itu memang sangat membawa kedamaian bagi yang berada disitu. "Kalo kamu kangen sama aku ketempat ini aja, kamu akan selalu merasakan adanya aku kok kalo kamu datang kesini", ucapnya memecahkan keheningan.
"Untuk apa aku pergi kesini hanya untuk merasakan kehadiranmu. Kamu selalu berada dan akan selalu berada didalam hati aku kok. Kamu gak akan pernah hilang dari sejarah hidup aku", jawabku.
"Makasih ya. Memang kamu benar-benar sahabat terbaikku", pujinya. Hening pun terasa kembali, sampai akhirnya aku yang bicara, "Mikki antar aku kesuatu tempat yuk", pintaku. "Kemana?".
"Ayok", ajakku. Aku pun membawa Mikki kesuatu tempat yang hanya aku yang tahu. Ini adalah tempat persembunyianku.
"Tempat apa ini?", tanya Mikki penasaran.
"Ini tempatnya aku. Kalo kamu kangen sama aku, kamu boleh kok kesini. Aku sering kesini untuk menjernihkan pikiran. Biasa masalah seorang pelajar."
"Emangnya kamu mau pergi kemana? Kok gak bilang sih?"
"Aku gak tahu mau kemana. Aku gak mau pergi kemana-mana, tapi bila memang harus pergi aku akan pergi ke hati dan pikiran kamu kok. Gak ganggu tapinya.", ujarku.
"Kamu mau kemanapun yang ada didalam tubuh bagian mananya aku, itu gak ganggu kok".
Cerita kami dihari itu sangat mengerikan. Entah siapa duluan antara aku atau Mikki. Kami tidak tahu?
 Apa maksud dan tujuan kami cerita itu pun kami gak tahu. Cuma waktu yang bisa menjawab semuanya

SAHABAT

Selalu dalam suka duka dan Selamanya bersama