My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Senin, 20 Februari 2012

DONT GO ANYWHERE

Detik berganti menit, menit berganti jam, jam berputar menjadi hari, hari berganti menjadi minggu dan semua yang aku lakukan belum mendapatkan hasil. Ya Allah, apa yang harus aku lakukan dalam keadaan seperti ini. Di satu sisi aku sudah mengalami keputus asaan, disisi lain aku tidak mau menyerah dengan cobaan ini. Mikki tungguin aku ya, aku pasti dapet yang namanya hati untuk kamu. Kamu gak layak mati cepet, hidupmu begitu berharga bagi semua orang yang menyayangi kamu.
Aku lelah, aku capek, dan aku pun beristirahat di bawah pohon yang dari tadi mengajakku untuk berada dibawahnya. Kurasakkan sejuknya udara yang bertiup di tubuhku. Ku bayangkan bila seandainya disampingku ada Mikki. Air mataku jatuh kembali tanpa kusadari. Galau pun mulai terasa di hidupku. Menangisku semakin menjadi saat tak sengaja aku memikirkan bila Mikki sudah tidak ada lagi. Akankah teman yang palingkusayangi pergi secepat itu? Please, jangan ambil dia saat aku masih bersamanya......
Aku pun mulai bangkit dari kegalauan ku dan berangkat membawa sedikit harapan untuk mendapatkan hati yang diperlukan oleh Mikki. Sampai akhirnya aku pun berada di salah satu Rumah Sakit yang menjadi pilihan terakhirku.
"Mbak, apakah disini ada yang mendonorkan hatinya?", Tanya ku tanpa basa-basi dan spontan.
"Ada hasil uji lab nya gak Mbak?", Tanya Suster tersebut.
"Ada Mbak. Ini.", aku langsung memberikan hasil lab yang diberikan oleh Mikki saat aku pinta.
"Tunggu sebentar ya Mbak," Suster itu pun pergi dan meninggalkan sedikit harapan untukku. Setelah beberapa menit ia pergi, akhirnya ia kembali. Please, aku harap kabar gembira.
"Bagaimana Mbak?", Tanyaku tanpa basa-basi.
"Ada hati yang pas dengan hati yang Mbak bawa kesini, tapi dia akan mendonorkan hatinya satu tahun lagi", paparnya. Apa-apaan ini? Satu tahun lagi? Gak bisa gitu dong, masa' sampai selama itu. Bagaimana dengan Mikki? Gak mungkin dia menunggu sampai satu tahun, keburu mati deh sahabat aku.
"Makasih ya mbak," jawabku lemah. Suster itu pun pergi meninggalkan aku yang lemas dan terduduk dilantai Rumah Sakit tersebut. Ya Allah, cobaan macam apalagi ini?.

Aku kembali pergi menuju Rumah Sakit tempat Mikki dirawat. Saat aku membuka pintu, ku temukan Mikki yang sedang tertawa dengan lepasnya bersama tema-temannya. Teman-teman Mikki pun akhirnya keluar saat aku masuk keruangan itu. Mikki heran melihatku tersenyum dengan paksaan kepadanya,
"Ada apa teman? Mengapa kayak gak ikhlas itu senyumnya?" tanyanya penasaran.
"Iya apa? Enggak ah, biasa aja? Kamu apa kabar hari ini?" jawabku untuk mngalihkan perhatian.
"Kok ada yang aneh sih sama kamu?" Mikki makin penasaran.
"Gak kok, biasa aja", aku mengelak.
"Sumpah ada yang beda dengan kamu hari ini".
"Sudah ku bilang hari ini aku biasa aja ya", nada suara ku langsung naik 10 oktav saat Mikki memberikan pertanyaan yang sama. Aku langsung menghadap kebelakang dan meneteskan air mata. Satu langkah aku ingin pulang kerumah, 1000 langkah aku ingin pergi kerumah sakit. Semakin aku ingin pergi dari ruangan Mikki, semakin kuat juga keinginanku untuk tetap bersama Mikki. Aku memutar balik arah tubuhku dan langsung memeluk Mikki yang sedang dirawat. Mikki bingung dengan apa yang kulakukan. Begitu juga pun dengan aku, aku pun tidak tahu apa yang sedang aku rasakan sekarang. Semakin kuat Mikki ingin melepaskan dirinya dari pelukanku, semakin kuatlah aku memeluknya. Aku tidak ingin kehilangannya. Izinkanlah aku untuk memelukmu walaupun cuma sebentar. Akhirnya Mikki pun balas memelukku yang sedang menangis.
"Kamu ada masalah apa sih? Cerita dong sama aku, siapa tahu aku bisa menyelesaikannya." Tanyanya untuk menenangkanku. Aku pun mulai melepaskan pelukkanku,
"Aku kan tadi membawa hasil tes hati kamu keseluruh rumah sakit yang ada di kota ini, tapi hasilnya nihil, Nol Besar tahu gak? Cuma ada satu rumah sakit yang menyediakan donor hati dan pas dengan hati kamu, tapi butuh waktu satu tahun untuk mendapatkannya. Itu waktu yang cukup lama buat ku, aku gak bisa nunggu segitu lamanya untuk bisa main sama kamu. Aku ingin kalau bisa besok kita main sama-sama lagi, bukan satu tahun lagi kita bisa main sama-sama lagi. Aku ingin kita selalu bersama. Dan kalau bisa kita mati juga sama-sama," penjelasanku kepada Mikki sambil menangis menyesal. Mikki terkejut dengan apa yang aku katakan barusan. Matanya berkaca-kaca, hidungnya mulai tersumbat. Mikki pun memelukku yang menangis semakin menjadi saat melihat Mikki yang sedang menahan tangisannya hanya agar terlihat kuat di depan mataku. Aku pun menunduk menyembunyikan semua tangisanku. Walaupun aku tahu, dia pun menangis saat aku ada dipelukkannya.

0 komentar:

Posting Komentar

SAHABAT

Selalu dalam suka duka dan Selamanya bersama