My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Rabu, 19 Oktober 2011

DONT GO ANYWHERE

Aku pun bergegas pergi ke rumah sakit tempat Mikki dirawat. Aku dan hatiku saling bertanya jawab, aku binggung, aku gelisah, aku sedih, dan aku pun menangis disepanjang jalan menuju kerumah sakit tempat Mikki dirawat. Ya Allah, berita apa ini? jangan secepat ini kau ambil Mikki dariku, aku belum bisa merelakannya untk pergi. Memang ku akui, lebih baik Mikki meninggal daripada ia hidup tersiksa, tapi biarkan dia hidup dengan sisa tenaganya. Mikki berjuanglah, kamu pasti bisa melewati cobaan ini. Memang aku tidak bisa membantumu dalam musibah ini, tapi yakinlah bahwa aku selalu ada disetiap kamu ada dan membutuhkanku. Itu janjiku.
Setibanya aku di ruang tempat Mikki dirawat aku terkejut. Apa yang dia lakukan? Dia sedang apa itu?. Mikki pun menoleh kearahku dan tersenyum. Akupun mendekatinya. Suster yang merawatnya pergi meninggalkan kami berdua dengan penuh tanda tanya dimana-mana. Lagi-lagi air mataku jatuh dengan sendirinya, aku tidak dapat menahan air mataku lagi, aku tak dapat berpura-pura lagi dengan apa yang kurasakan. Aku pun menarik kursi didekat Mikki dan aku duduk disitu lalu aku menangis dengan lepasnya. Seakan-akan aku ada diruangan kedap suara yang hanya aku dan Mikki yang mendengar suara tangisan aku.
"Maaf, Mikki. Aku tidak dapat lagi menahan air mataku. Aku sudah banyak membendung air dimataku, dan inilah saatnya bendungan itu penuh dan tumpah di pipiku.", perkataan ku dengan nada sedu-sedan.
"Maksudnya kamu kritis tadi apasih? Mau bikin aku cemas? Mau bikin aku panik? Mau bikin aku bingung? iya???? Kamu tahu gak sih, kalau aku itu takut kehilangan kamu. Kamu jangan bikin aku panik lagi ya. Aku gak mau kamu pergi duluan. Kamu kan sahabat terbaikku, Selalu dan Selamanya", perkatannku tadi membuat Mikki sangat merasa bersalah. Hembusan angin pun terdengar saat kami tak mengatakan satu huruf pun. Aku merasa bersalah. Dia juga merasa bersalah, Jadi, yang benar itu siapa?. Kami seperti orang yang tidak akrab, malah sama persis seperti orang yang gak kenal sama sekali. Belum ada kata-kata yang keluar dari mulutku apalagi mulutnya. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk pulang tanpa mengeluarkan suara.
"Kamu gak kangen sama aku?", Mikki pun mulai bicara dan aku pun mulai menghentikan langkah kaki ku menuju keluar menjadi kedalam.
"Ku pikir kamu gak akan pernah ngomong lagi sama aku", sahutku sewot.
"Pasti aku gak akan ngomong lagi. Tapi,.....", katanya berheti sesaat "itu hanya bila aku sudah gak didunia lagi", sambungnya seraya senyum. Aku kaget.
"Kamu gak akan pernah pergi ke alam lain, walaupun kenyataannya harus saat itu kamu harus bersamaku. Jangan pernah membicarakan hal-hal yang belum tentu terjadi dikita. Siapa tahu hal itu akan menimpa orang lain. Jangan asal ngomong, asal bunyi, asal sebut, asal bicara, asal-asalan deh pokoknya. Ingat, aku aka selalu ada saat kamu butuh dengan aku".
"Berarti kamu ada terus dong saat aku dirumah sakit? Pantas, aku merasakan adanya kemoterapi gratis yang langsung masuk kedalam tubuhku, menembus kulit sampai ke hati dan merobek kelainan dalam hatiku ini. Makasih ya udah jadi semangat dan obat dalam hidup aku. Kamu memang sahabat tersayangku, SELALU dan SELAMANYA.". Kata-kata itu lagi yang aku dengar dari dirinya, aku akan selalu mengingat kata-kata itu bila akhirnya memang kau yang harus pergi duluan. Sekarang kalau misalnya aku gak mau kehilangan dia terlebih dahulu bagaimana caranya aku bisa lebih dulu darinya????. Gak mungkin. Gak mungkin aku melakukan hal bodoh yang sering terjadi di lingkungan hidup. Jadi, harus bagaimana? Mungkin ini pertama kalinya orang yang mau mati tapi memberi kesan yang berbeda.
"Ada apa sih, kok bengong? Mikirin siapa? Ngaku aja deh", ucapan Mikki mengganggu konsentrasi ku untuk dapat lebih dulu darinya. Dengan spontan aku menjawab,"Aku lagi mikirin kamu". Diam terasa kembali. "Kapan kamu dioperasi?", pertanyaan spontanku.
"Aku gak tahu kapan. Aku akan dioperasi bila ada yang mendonorkan hatinya secara ikhlas ke aku. Tapi sampai sekarang, belum juga ada yang mendonorkan hatinya ke aku. Maaf ya."
"Untuk apa kamu minta maaf kepadaku? Kamu gak salah kok. Sabar ya, pasti akan ada orang yang baik hati, manis, cantik/cakep, perfect lah yang bisa buat kamu sembuh. Sabar memang pahit, tapi percayalah sabar berbuah manis bila dibarengi dengan ikhlas."
"Aku sempet mikir gini ya, lebih baik aku mati aja kalau akhirnya aku menderita dan tersiksa gini. Tapi, dengan adanya kamu disini, dihidupku aku sadar bahwa hidup itu berharga, hidup itu anugrah, hidup itu indah. Dirimu tak lekang oleh waktu di hati... maksudku dihidupku", pujinya sambil tersenyum manis dengan ku.
"Biasa aja kali. Aku tahu kalau setiap orang yang kenal dengan aku itu pasti bakalan happy, jadi biasa aja kali", kamu pun tertawa bersama "Makasih ya, sudah menempatkan aku di tempat yang paling spesial di hidup kamu.
"Iya, sama-sama ya."
"Oh iya, aku boleh mintak hasil lab dari pemeriksaan kamu kemarin gak?"
"Untuk apa?"
"Untuk membantu aku mencari orang yang mau mendonorkan hatinya ke kamu."
"Gak usah repot-repot sahabat, adanya kamu disini pun aku juga senang".
"Tapi, tanpa hadirnya dirimu di luar bersamaku aku gak senang. Sekarang mana hasil lab-nya.". Mikki pun memberikan hasil labnya kepadaku. Aku pun langsung beraksi. Aku pergi ke setiap rumah sakit yang ada dikota ini. Aku mencari apakah ada yang mau mendonorkan hatinya ke Mikki. Gayaku mencari hati sama seperti Detectif yang sedang mencari barang bukti untuk di serahkan ke hukum. Tapi, aku gak mau sampai ada sangkut-pautnya dengan hukum. Karena aku bukan detectif. Mikki, tunggu aku ya. Aku akan memberikan sesuatu untukmu tanpa kau sadari. Aku hanya ingin kamu cepat sembuh kok, Ki. Gak lebih.

Minggu, 09 Oktober 2011

DONT GO ANYWHERE

Setelah kejadian itu, Mikki kembali lagi seperti sedia kala. Mikki aku sangat sayang kamu, kamu tahu itu kan. Kalau bisa menghentikan waktu, aku hentikan saat-saat kita tertawa bersama seperti saat ini. Memang bukan aku yang mengendalikan kehidupan ini, memang bukan aku penguasa raga dan dunia ini, tapi aku pinta kepadamu yang maha segalanya aku ingin sahabat ku pergi setelah aku pergi.
"Main lagi yuk", ajak Mikki sambil cengingisan kayak kuda kasmaran.
"Udah dulu, ya. Capek nih, istirahat ya. Sebentar aja, janji deh", pintaku dalam kelelahan.
"Tapi, aku masih mau.....", ucapannya terputus, Mikki mengelus-elus dadanya. Wajahnya pucat. Sepertinya ia sedang menahan rasa sakit yang sangat sakit. Ya Allah, ada apa ini? Aku gak ingin kalau waktu yang tidak diinginkan itu datang pada hari ini. Mikki pun sudah tidak sanggup lagi duduk, ia sudah menggeletakkan tubuh kekarnya di sampingku. Aku bingung, aku pusing, aku panik, aku harus ngapain?. Bergegas aku menelpon rumah sakit dan orang tua Mikki. Ambulance datang, Mikki dan aku pun berangkat ke rumah sakit terdekat. Disepanjang jalan aku selalu berdoa, memohon agar Mikki kembali normal, kami belum puas bermain tadi. Setibanya di rumah sakit, aku ikut mengantarkan sahabat terbaikku menuju ruang UGD. Tidak lama kemudian, orang tuanya Mikki datang dan menanyakan semua pertanyaan dengan nada kepanikkan kepadaku. Dokter pun keluar dari ruangan tempat Mikki dibawa tadi.
"Bagaimana dokter keadaan anak saya? Dia baik-baik saja kan? Dia gak kenapa-kenapa kan?", tanya mama Mikki dengan kepanikkan dan kehisterisan yang bercampur dengan tangisan.
"Anak ibu mengidap kelainan pada hatinya yang sudah parah. Dia bisa selamat dengan cara mencangkok hatinya. Tapi, kita perlu pendonor yang rela memberika hatinya ke anak ibu", jelas dokter yang menangani kasus Mikki.
Mendengar pernyataan dokter tadi, membuat kami sedih. Mama Mikki tidak dapat membendung air matanya, ia tidak mau kehilangan anak tercintanya. Begitu pun aku. Aku tidak dapat kehilangan sahabat tersayangku, aku gak mau dia pergi mendahuluiku. Aku pun berlari sekuat-kuatnya untuk keluar dari tempat mengerikan itu. Aku berlari kemana pun aku mau, aku berlari tanpa arah, yang ada dipikiranku saat itu adalah aku ingin mengejar dan mendapatkan kesehatan milik Mikki lagi. Bila aku mendapatka kesehatan Mikki lagi, akan aku kantongi dan akan aku bawa kembali ke Mikki terus aku kasih ke Mikki. Lalu bilang " hai, Mikki. Coba tebak aku bawak apa untuk kamu. Aku bawak kesehatan untuk kamu. Nih, kesehatan kamu. Aku bonusin hanya untuk kamu satu nyawa cadangan. Jadi kamu gak akan bisa cepat dong pergi dariku". Aku pun berhenti berlari dan teriak sekencang-kencangnya, sekuat-kuatnya dan sekeras-kerasnya, biar semua orang tahu tentang kondisi Mikki sekarang, biar semua orang bisa bantu aku dan Mikki. Ingin sekali aku ngomong sama orang- orang," Woy, makhluk dimuka bumi ini dengerin aku sebentar. Sahabatku sedang sakit, tolong bantu dia. Dia sekarat sekarang, aku gak mau kehilangan dia. Please, tolong aku. Aku mau jadi apa saja yang kalian inginkan, jika kalian mau membantu temanku".
Seketika itupun aku menangis tersedu-sedu karena membayangkan sahabatku yang nantinya akan pergi. Aku pun pulang ketempt persembunyianku, disini aku dapat menangis, berteriak dan melakukan apa saja yang aku mau. Otakku pun mengulang waktu aku di bawa oleh Mikki ke sofa kepunyaanku. Aku pun menangis lagi disofa yang mengingatkan aku dengan Mikki.
Aku pun membesuk Mikki di keesokkan harinya. Aku melihat Mikki yang kurus, pucat, dan tergeletak tak berdaya, sangat berbeda dengan Mikki yang ku kenal sejak lama. Tapi, mau bagaimana pun keadaan Mikki, dia tetap sahabatku dan akan selalu menjadi sahabatku selamanya walaupun tak seutuhnya milikku.
"Mikki, aku datang menjeguk kamu. Cepet sembuh ya. Aku selalu mendoakan agar kamu sehat dan gak sakit-sakitan lagi. Supaya kita bisa main sama-sama lagi. Tertawa, menertawakan dan ditertawakan bersama. Cepet sembuh ya. Aku kangen nih. Kangen banget malah sama kamu. Untuk sekarang aku belum bisa ngelihat senyum khasmu yang membuat kamu tambah manis. Kali ini aku jujur, aku sangat seneng banget sudah dipertemukan dengan orang yang sekarang jadi sahabat aku. Bukan penysealan bagiku mengenal kamu. Kamu akan selalu menjadi hal terindah dihidupku. Kuat ya. Sahabatku tersayang pasti bisa menjalani cobaan ini. Kamu kan hebat, dahsyat, spektakuler dan semuanya lah . Aku gak mau pertemuan terakhir kita berakhir di rumah sakit. OK, sahabatku tersayang. Doa terbaikku selalu menyertaimu. Selalu dan selamanya."
Aku pun menaruh kumpulan buah itu dimeja yang berada disamping tempat tidur Mikki, lalu berjalan meninggalkan Mikki yang sedang dalam ujian terberatnya. Berat bagiku untuk meninggalkan Mikki sendiri, tapi mau bagaimana lagi? aku tidak dapat melakukan apa-apa, yang dapat aku lakukan adalah berdoa dan memohon agar Mikki diberi keajaiban yang membantunya untuk hidup dan sehat kembali.
"Kring, Kring, Kring", telponku berbunyi keras sekali.
"Assalamualaikum", terdengar suara wanita yang ada di telpon. Suaranya seperti orang yang terkena flu.
"Wa'alaikum salam. Ada yang bisa saya bantu?" jawabku.
"Banyak nak. Mikki selalu memanggil namamu. Mikki butuh kamu sekarang. Cepat kesini ya, dia sedang kritis".
"Iya dan secepatnya saya akan kesana", ingin rasanya aku yang menggantikan Mikki. Ingin rasanya aku yang persi dan tidak mengetahui apa yag terjadi dengan Mikki. Ya Allah, sembuhkan lah teman terbaikku.

Kamis, 06 Oktober 2011

DONT GO ANYWHERE

Hari-hari kami lewati dengan kesunyian dan kemisteriusan. Seakan-akan kami sedang menunggu siapa yang akan terlebih dahulu pergi meninggalkan kami. Kami hanya menyimpan tanda tanya itu dibenak masing-masing. Setiap hari aku berdoa, semoga kami berdua tidak saling mendahului dan selalu menjaga kekompakkan ini sampai takdir yang tidak diinginkan itu datang. Aku merasakan banyak yang berubah dari temanku Mikki. Seakan-akan besok dia sudah mau meninggalkan aku dan dunia ini. Sering kali aku melihat Mikki senyum sendiri, galau, sedih, bimbang, bingung, semuanya ia lakukan sendiri tanpa mengatakan apapun kepadaku. Mikki, apa maksud semua ini? aku gak ngerti, cerita dong, maunya kamu itu apa? ngomong dong, aku ingin kamu ngomong lagi kalo aku itu sahabat tersayang kamu. Sampai akhirnya aku gak sanggup ngejalani ini semua, tanpa arti yang jelas dan dapat aku mengerti sepenuhnya "Mikki, maksud kamu itu apasih?". Mikki pun terkejut dan memandang kearahku dengan tatapan kosong. Ada apa dengan Mikki? ya Allah, kembalikan Mikki ku yang dulu.
Waktu terus berjalan, Mikki tetap dengan kemisteriusan. Sampai akhirnya ku temukan beberapa surat yang tidak sengaja kulihat ada di tas Mikki yang sedang terbuka. Aku sangat terkejut dengan isi surat ini. Maksudnya apa? Kok Mikki gak cerita?. Isi surat itu sangat membuatku sedih, Mikki si manis yang senang tertawa, menertawakan dan ditertawakan itu mengidap kelainan pada hatinya yang serius. Masya Allah Mikki, maksudnya gak cerita itu apa sih?. Mikki menuju ketempat ku berdiri, sepertinya dari tadi dia mengawasiku dan melihatku membaca suratnya. "Sudah bacanya", tanyanya dingin kepadaku.
"Kok kamu gak cerita sih? Kamu ngerasain gak apa yang ku rasain sekarang? Aku sedih tahu. Kalo memang harus kamu yang pergi duluan secepatnya aku akan nyusul kok, santai aja.", ucap ku sambil menahan sedih dan air mata.
"Kalo memang harus aku yang pergi duluan, kamu gak usah nyusul aku ya. Nanti yang ngirimin bunga, doa, cerita ke aku siapa?".
Pernyataan Mikki itu membuat aku menangis dan dengan spontan aku pun memeluk Mikki. "Aku gak akan ngebiarin kamu pergi duluan, kamu sangat berharga bagiku. Ku mohon ya, kamu harus kuat demi aku. OK.", Aku pun melepaskan pelukanku. Aku gak kebayang kalo nanti aku harus ditinggalin sama sahabat TERBAIK ku.
"Tenang aja ya. Aku selalu kuat kok, kan ada kamu yang jadi obatnya. itulah sebabnya aku gak mau lihat kamu menagis." sambil membasuh air mataku yang membasahi pipi. "Kalo memang harus aku yang pergi, kamu jangan sedih ya, jangan nangis kayak gini ya, jangan melalaikan tugas sekolah ataupun tugas kehidupan, jangan pernah berfikir kalo kamu harus nyusul aku ya, jangan pernah berhenti kirimin doa untuk aku ya, pokoknya enjoy aja. Kayak kita biasa."
Aku hanya terdiam sambil meneteskan air mata. Pertanyaanku tetap menghantuiku. Aku pusing, dan akhirnya malah aku yang pingsan. Aku meyadarkan diriku disofa yang sering aku rasakan. Ternyata aku ada di tempat persembunyianku.
"Mangkanya, kalau berfikir itu yang positif dong jangan yang negative terus,", ucap Mikki dengan senyumnya yang khas dan membuat wajah manisnya bertambah manis. Kalo ini memang senyuman terakhirmu sebelum meninggalkanku, aku belum siap. Mengapa harus aku sih yang pingsan? Mengapa gak orang lain saja. "Maaf, ya Mikki. Aku malah yang buat kamu susah".
"Maksudnya?"
"Kamu yang sakit tapi kamu yang membawaku kesini. Singkatnya orang sakit membantu yang sehat".
"hahahahahahahahaha. Cukup hati aku ya yang berlainan jangan sampai otak kamu juga ikut berkelainan. Kita sahabat untuk selamanya kan? Dan aku akan membantu sahabat tersayangku untuk selamanya". JLEP. SER. Aku dengar lagi kalimat itu, seneeeeeeng banget. Cenat-cenut gitu. Ditambah lagi dia ngomong kayak gitu sambil ketawa + senyum lagi, rasanya tuh nge-FLY.

Selasa, 04 Oktober 2011

DONT GO ANYWHERE

"Aku mau ngomong sama kamu?", pintanya.
"Ya, ngomong aja. Biasanya kan kalo kamu mau ngomong ya ngomong aja", ucapku dengan nada biasa saja namun tetap menaruh curiga. Ada apa dengan sahabatku yang satu ini. Beda banget.
"Aku cuma mau ngomong kalo kamu sudah besar nanti jangan lupain aku ya. Kita tetep sahabatan ya. Kita tetep sama-sama ya", pintanya kepadaku. Apa maksudnya semua ini. Kenapa dia? Apa yang salah? Benarkah ini sahabatku yang dulu?.
"Tenang ya Mikki, aku gak akan pernah ngelupain kamu. Musibah terbesarku bila melupakan kamu. Cobaan terberat dalam hidupku", aku mencoba tersenyum walaupun aku tidak sanggup untuk tersenyum. Entah mengapa, pertanyaan tadi membuat aku TAKUT.
"Kau memang sahabat terbaikku", Mikki mulai tersenyum kembali. Aku pun mulai lega karena melihat senyumannya yang menghiasi wajah manisnya. Alhamdulillah ya.

"Mikiiiiiiiiiiiii", teriakku memanggil Mikki. "Apaaaaaa", Mikki menghentikan langkah kakinya.
"Jalan yuks", ajakku. "Mau ya, mau kan, mau dong. Yayayayaya" bujukku dengan senyuman terlebarku.
"Gimana ya???", sambil mikir-mikir gak jelas maksud dan tujuannya."Gimana ya???", ulangnya sekali lagi. Aku mengernyitkan dahi. "OK Deh, mau kemana?" tanyanya dengan semangat.
"Aku mau kesini, kesitu, kesana, kedalam, keluar, kemana-mana", jawabku main-main.
"Kamu bleh kok", selanya.
"Boleh???", pikirku dengan tanda tanya dimana-mana.
"Iya, boleh", tambahnya dengan senyum sumringah. Sok Kemisteriusan.
"Maksudya boleh itu apasih?", tanyaku dengan nada jengkel.
"Kamu boleh kerumahku, kekelasku, kehatiku juga boleh", Jawabnya PD.
"Oh, begitu. sekarang juga aku mau kekelasmu, karena kelasmu adalah kelasku".
"Silahkan sahabatku tersayang". Aku pun hanya terdiam dan tersipuh mendengar kata-kata yang baru saja keluar dari mulut sahabat baikku.
Pelajaran selesai. MERDEKA. Saatnya kekantin.
"Jadi, kita jalan-jalannya?", katanya sambil memesan makanan buat kami.
"Jadilah", kataku singkat.
"Gitu doang?" tanyanya.
"Apanya?" aku balas bertanya.
"Jawabannya".
"Emangnya, mau gimana?"
"zzzzzzzzzzz".
"OK", putusku. "Jadilah, jadilah,jadilah,jadilah, jadilah, jadilah. Puas kamu, Panjangkan?".
"Hahahahahahahahahahah".
"Kok ketawa sih?". Kalau bukan sahabatku, sudah kutampar nih orang.
"Lucu aja", ucapnya dalam kegelian.
"Apa? Kamu baru tahu ya kalau aku tuh lucu banget. Kemana aja kamu selama ini, baru sekarang kamu sadar kalau aku tuh lucu. BANGET malah", omonganku tadi menghentikan tawanya. "Gitu dong".
"Aku mau nanya lagi nih sama kamu", pintanya lagi.
"Apa".
"Denger ya. Kalo seandainya aku gak ada lagi untuk selamanya, kamu kangen gak sama aku? Nangis gak Kalo gak ada aku? Nyari sahabat lain gak? Benci gak sama aku? Lupa gak sama aku..........".
"Gak ada yang bisa ngambil kamu dari aku", omonganku memutus omongan Mikki. "Kamu akan selalu sama-sama aku. Biarkan waktu bergulir dan membuktikan semuanya. Kamu akan tetap bersamaku dan aku kan tetap selalu bersamamu. Selalu dan Selamanya. Gak ada yang bisa memisahkan apalagi menghancurkan persahabatan kita". Aku terdiam. Mikki pun tak dapat mengatakan sesuatu. Kami pun hanya terdiam dan saling bertatapan mata. Tak sengaja aku pun menjatuhkan air mataku. Aku gak akan pernah bisa nerima kalo Mikki kenapa-napa. Mikki pun menghapus air mataku. Mikki sangat merasa bersalah karena telah membuatku menangis. "Maaf, ya. Bukan maksudku kok buat kamu nangis".
"Bukan kamu yang membuat ku menangis, tapi takdir dan nasib yang telah ditentukan yang membuatku sedih. Untuk apa kita dipertemukan kalo akhirnya kita dipisahkan. Aku sudah terlanjur merasakan indahnya persahabatan, kalau akhirnya harus dilenyapkan aku belum bisa nerima untuk saat ini dan mungkin selamanya. Aku gak bisa kehilangan teman seperti kamu, kamu terlalu berharga bagiku", aku pun menjatuhkan air mataku lagi, lebih banyak dari sebelumnya. Kami pun kembali terdiam untuk kedua kalinya. Mikki yang duduk disampingku, kemudian merangkulku dan menjatuhkan kepalaku di atas pundaknya dan aku pun menangis di pundak Mikki. Maaf Mikki, bukan maksudku untuk menunjukkan senjata terakhirku dihadapanmu. Tapi kehilangan orang yang aku cintai adalah hal terburuk dihidupku.
"Oh ya, ikut yuk", ajak Mikki untuk menghiburku.
"Kemana?"
"Ikut aja. Yuk. Dijamin damai kok", ajaknya.
Sesampainya ditempat yang dijanjikan. Memang benar-benar tempat yang damai dan sangat damai. Kami pun duduk dibawah pohon yang telah ada dan memang ada disitu. Kami menghirup udara segar yang ada ditempat itu dan merasakan udara yang berhembus sepoi-sepoi. Tempat itu memang sangat membawa kedamaian bagi yang berada disitu. "Kalo kamu kangen sama aku ketempat ini aja, kamu akan selalu merasakan adanya aku kok kalo kamu datang kesini", ucapnya memecahkan keheningan.
"Untuk apa aku pergi kesini hanya untuk merasakan kehadiranmu. Kamu selalu berada dan akan selalu berada didalam hati aku kok. Kamu gak akan pernah hilang dari sejarah hidup aku", jawabku.
"Makasih ya. Memang kamu benar-benar sahabat terbaikku", pujinya. Hening pun terasa kembali, sampai akhirnya aku yang bicara, "Mikki antar aku kesuatu tempat yuk", pintaku. "Kemana?".
"Ayok", ajakku. Aku pun membawa Mikki kesuatu tempat yang hanya aku yang tahu. Ini adalah tempat persembunyianku.
"Tempat apa ini?", tanya Mikki penasaran.
"Ini tempatnya aku. Kalo kamu kangen sama aku, kamu boleh kok kesini. Aku sering kesini untuk menjernihkan pikiran. Biasa masalah seorang pelajar."
"Emangnya kamu mau pergi kemana? Kok gak bilang sih?"
"Aku gak tahu mau kemana. Aku gak mau pergi kemana-mana, tapi bila memang harus pergi aku akan pergi ke hati dan pikiran kamu kok. Gak ganggu tapinya.", ujarku.
"Kamu mau kemanapun yang ada didalam tubuh bagian mananya aku, itu gak ganggu kok".
Cerita kami dihari itu sangat mengerikan. Entah siapa duluan antara aku atau Mikki. Kami tidak tahu?
 Apa maksud dan tujuan kami cerita itu pun kami gak tahu. Cuma waktu yang bisa menjawab semuanya

Senin, 03 Oktober 2011

DONT GO ANYWHERE

"Hai", terdengar suara dari belakang ku. POKK. lalu tangannya melayang kearahku. "sakit tahu", sambil melepaskan tangannya dari pundakku.
"ya maaf"
"OK. Kenapa kamu mukul aku? gak seneng?, suka?, benci?, cinta,? sayang? ngomong dong.", omelku pada Mikki, sahabatku.
"Ya ampun, nepok pundak sekali omelnya berkali-kali. apa lagi kalo BERKALI-KALI?" ucap Mikki sambil melihat tangannya.
"Kamu mau nepok pundak aku lagi? tinjuan Mike Tyson + Chris Jhon yang akan jadi balasannya".
"Waduh ngerinya ancaman itu. maafkan aku wanita campuran para petinju. hahahahaha", ejeknya.
"o", kata singkat itulah yang aku keluarkan dan pergi meninggalkan Mikki.
"Kamu tahu kan aku paling gak senang kalo ada kata-kata singkat seperti itu?", tanyanya sambil mengejarku. "Ya, aku tahu", jawabku tanpa menghentikan langkahku.
"Kamu tahukan, aku sering jengkel kalo ada yang ngomong gitu ke aku?".
"Ya, aku tahu".
"Kamu tahu kan kalo kata-kata itu membuat aku sering patah hati?".
"Ya aku tahu".
"Dan aku tahu apa yang kamu tidak ketahui dari aku", katanya sambil menghentikan langkahku.
"Hahahah, apa sih yang aku tidak ketahui dari kamu?", tantangku.
"Kamu tahu gak kalo aku memang Suka, Seneng, Sayang dan Cinta sama kamu?", kata-kata itu sejenak membuat aku terdiam merasakan derasnya darah yang sangat terasa mengalir di tubuhku dari segala arah.
Dan aku pun menjawab "Aku tahu hal itu".
gantian dia yang kaget "Benarkah???".
"Benarlah, kalo kamu tidak Suka, Seneng, Sayang dan Cinta sama aku gak mungkin kita temenan sampe 4 tahun kayak gini. Iya kan???". Saat itu aku ngerasa seneng banget bisa bikin wajahnya merah merona kayak buah tomat yang hampir busuk. Tapi kok dia diam tertunduk sih??? JANGAN-JANGAN???. Ke khawatiranku hilang saat dia tertawa dalam tundukkannya.
"Sudah yuk, mainnya. Kita kan ada kelas hari ini", ajakku.
Kami pun kekelas bersama, berdua, dan sambil tertawa. Dan akhirnya........
"Hei kalian berdua", JLEP. aku dan Mikki di teriakin bapak-bapak dari belakang.
Bau-baunya ini adalah.......1, 2, 3, kkkkkKABURrrrrrrrrr. tanpa menoleh kebelakang lagi, kami langsung ngacir sekuat tenaga kekelas dan duduk di sana. "Gila, guru killer itu kenapa harus teriakin nama kita sih?" komplen Mikki. "Kita ini terlalu baik, jadi dia mau ngajarin kita bagaimana jadi killer kayak dia", perbincangan kami dengan nafas ngos-ngosan terhenti saat seorang guru masuk kelas dan memberikan pelajaran. WAW. Sekelas terpesona, terpukau, dan ternganga (kecuali anak cowok) melihat sesosok pangeran bertopeng dosen didepan kita. Segerrrrr banget.
Di kantin
"Kenapa sih tadi anak cewek dikelas sampe segitunya lihat guru baru itu? termasuk kamu", omel Mikki pada ku. Memang Mikki salah seorang sahabatku yang sering sekali ngomel. Tapi selagi itu tidak menggangu ya tidak masalah.
"Bapak itu ganteng banget", puji ku ke guru baru itu.
"Ganteng itu relativ, tapi kalo Manis kayak aku baru mutlak", omongan Mikki menggangu lamunanku yang menceritakan aku dan guru itu.
"ow, gitu yah. Relativ? Kamu manis? Dari mana?", memang ku akui sahabat ku satu ini memang manis, tapi kalo dia sadar aku tidak akan mengakuinya.
"kan kamu yang bilang".
"memang sih aku yang bilang, tapi sudah bertahun-tahun kita sahabatan kamu tidak tahu kapan saat aku jujur dan kapan saat aku berbohong", aku berhasil mengelak.
"ow, makasih ya. kamu sudah membuat ku senang walaupun itu semua cuma bohongan".
"Jangan sedih, Ki. Pasti ada orang yang lebih jujur lagi yang bakalan bilang kalo kamu itu manisssss banget. santai sobat".

Aku cuma terdiam melihat sahabatku yang termenung. Aku merasa bersalah. Tapi, inilah aku dengan kekuranganku. Tak tersasa kami terdiam sampai bel pulang berbunyi. PASS. Malem Mingguuuuu. Aku yang "JOMBLO SEJATI" ini kawan jalannya ya sama Mikki, aku sering banget jalan sama Mikki soalnya seru sih. Sampai tibalah saat Mikki gak mau ikut aku jalan pas malem minggu, "gak ah, aku mau dirumah. Dirumah lebih asik, gak ada yang ngejek aku pas dijalan". Rasa bersalah mengelilingiku, aku terharu, aku mau nangis.
"Mikki maaf ya, kalau aku banyak salah sama kamu. Bukan maksudnya aku untuk nyakitin hati kamu kok", itu penyesalanku.
" Gak papa kok. kita kan saling melengkapi. Bukan saling mengurangi", omongan yang disertai dengan senyuman itu membuat aku mulai mendapatkan semangat lagi. Memang kamu sahabat terbaikku. Semakin lama aku merasakan ada yang berbeda dengan Mikki dan aku pun mengatakannya
"kok kamu beda banget sih?".
"Beda? Apanya" jawabnya penasaran.
"Itunya"
"Itunya? maksud kamu apa sih?"
"Itu semua yang ada didalam diri kamu beda"
"Jadi??"
"Gak papa sih. Soalnya gak ngaruh sama aku". Dan tiba-tiba hidung Mikki mengeluarkan darah segar yang sangat tidak ingin aku lihat. Aku terkejut dan langsung panik. Tiba-tiba tangan Mikki menggengam tanganku "Sudahlah, gak papa kok. Cuma mimisan biasa aja", Ujarnya dingin.
"Tapi, kamu kan, kamu kan, mimisan, itu" ucapanku sudah tak terarur lagi. "Sini duduk samping aku", Pintanya kepadaku. Aku pun duduk disamping temanku yang sedang menahan darah yang keluar dari hidungnya. Kepanikkan ku datang lagi, tapi aku mencoba untuk positive thinking. "Ada apa temanku?" tanyaku terpaku.

SAHABAT

Selalu dalam suka duka dan Selamanya bersama