My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Rabu, 19 Oktober 2011

DONT GO ANYWHERE

Aku pun bergegas pergi ke rumah sakit tempat Mikki dirawat. Aku dan hatiku saling bertanya jawab, aku binggung, aku gelisah, aku sedih, dan aku pun menangis disepanjang jalan menuju kerumah sakit tempat Mikki dirawat. Ya Allah, berita apa ini? jangan secepat ini kau ambil Mikki dariku, aku belum bisa merelakannya untk pergi. Memang ku akui, lebih baik Mikki meninggal daripada ia hidup tersiksa, tapi biarkan dia hidup dengan sisa tenaganya. Mikki berjuanglah, kamu pasti bisa melewati cobaan ini. Memang aku tidak bisa membantumu dalam musibah ini, tapi yakinlah bahwa aku selalu ada disetiap kamu ada dan membutuhkanku. Itu janjiku.
Setibanya aku di ruang tempat Mikki dirawat aku terkejut. Apa yang dia lakukan? Dia sedang apa itu?. Mikki pun menoleh kearahku dan tersenyum. Akupun mendekatinya. Suster yang merawatnya pergi meninggalkan kami berdua dengan penuh tanda tanya dimana-mana. Lagi-lagi air mataku jatuh dengan sendirinya, aku tidak dapat menahan air mataku lagi, aku tak dapat berpura-pura lagi dengan apa yang kurasakan. Aku pun menarik kursi didekat Mikki dan aku duduk disitu lalu aku menangis dengan lepasnya. Seakan-akan aku ada diruangan kedap suara yang hanya aku dan Mikki yang mendengar suara tangisan aku.
"Maaf, Mikki. Aku tidak dapat lagi menahan air mataku. Aku sudah banyak membendung air dimataku, dan inilah saatnya bendungan itu penuh dan tumpah di pipiku.", perkataan ku dengan nada sedu-sedan.
"Maksudnya kamu kritis tadi apasih? Mau bikin aku cemas? Mau bikin aku panik? Mau bikin aku bingung? iya???? Kamu tahu gak sih, kalau aku itu takut kehilangan kamu. Kamu jangan bikin aku panik lagi ya. Aku gak mau kamu pergi duluan. Kamu kan sahabat terbaikku, Selalu dan Selamanya", perkatannku tadi membuat Mikki sangat merasa bersalah. Hembusan angin pun terdengar saat kami tak mengatakan satu huruf pun. Aku merasa bersalah. Dia juga merasa bersalah, Jadi, yang benar itu siapa?. Kami seperti orang yang tidak akrab, malah sama persis seperti orang yang gak kenal sama sekali. Belum ada kata-kata yang keluar dari mulutku apalagi mulutnya. Sampai akhirnya aku memutuskan untuk pulang tanpa mengeluarkan suara.
"Kamu gak kangen sama aku?", Mikki pun mulai bicara dan aku pun mulai menghentikan langkah kaki ku menuju keluar menjadi kedalam.
"Ku pikir kamu gak akan pernah ngomong lagi sama aku", sahutku sewot.
"Pasti aku gak akan ngomong lagi. Tapi,.....", katanya berheti sesaat "itu hanya bila aku sudah gak didunia lagi", sambungnya seraya senyum. Aku kaget.
"Kamu gak akan pernah pergi ke alam lain, walaupun kenyataannya harus saat itu kamu harus bersamaku. Jangan pernah membicarakan hal-hal yang belum tentu terjadi dikita. Siapa tahu hal itu akan menimpa orang lain. Jangan asal ngomong, asal bunyi, asal sebut, asal bicara, asal-asalan deh pokoknya. Ingat, aku aka selalu ada saat kamu butuh dengan aku".
"Berarti kamu ada terus dong saat aku dirumah sakit? Pantas, aku merasakan adanya kemoterapi gratis yang langsung masuk kedalam tubuhku, menembus kulit sampai ke hati dan merobek kelainan dalam hatiku ini. Makasih ya udah jadi semangat dan obat dalam hidup aku. Kamu memang sahabat tersayangku, SELALU dan SELAMANYA.". Kata-kata itu lagi yang aku dengar dari dirinya, aku akan selalu mengingat kata-kata itu bila akhirnya memang kau yang harus pergi duluan. Sekarang kalau misalnya aku gak mau kehilangan dia terlebih dahulu bagaimana caranya aku bisa lebih dulu darinya????. Gak mungkin. Gak mungkin aku melakukan hal bodoh yang sering terjadi di lingkungan hidup. Jadi, harus bagaimana? Mungkin ini pertama kalinya orang yang mau mati tapi memberi kesan yang berbeda.
"Ada apa sih, kok bengong? Mikirin siapa? Ngaku aja deh", ucapan Mikki mengganggu konsentrasi ku untuk dapat lebih dulu darinya. Dengan spontan aku menjawab,"Aku lagi mikirin kamu". Diam terasa kembali. "Kapan kamu dioperasi?", pertanyaan spontanku.
"Aku gak tahu kapan. Aku akan dioperasi bila ada yang mendonorkan hatinya secara ikhlas ke aku. Tapi sampai sekarang, belum juga ada yang mendonorkan hatinya ke aku. Maaf ya."
"Untuk apa kamu minta maaf kepadaku? Kamu gak salah kok. Sabar ya, pasti akan ada orang yang baik hati, manis, cantik/cakep, perfect lah yang bisa buat kamu sembuh. Sabar memang pahit, tapi percayalah sabar berbuah manis bila dibarengi dengan ikhlas."
"Aku sempet mikir gini ya, lebih baik aku mati aja kalau akhirnya aku menderita dan tersiksa gini. Tapi, dengan adanya kamu disini, dihidupku aku sadar bahwa hidup itu berharga, hidup itu anugrah, hidup itu indah. Dirimu tak lekang oleh waktu di hati... maksudku dihidupku", pujinya sambil tersenyum manis dengan ku.
"Biasa aja kali. Aku tahu kalau setiap orang yang kenal dengan aku itu pasti bakalan happy, jadi biasa aja kali", kamu pun tertawa bersama "Makasih ya, sudah menempatkan aku di tempat yang paling spesial di hidup kamu.
"Iya, sama-sama ya."
"Oh iya, aku boleh mintak hasil lab dari pemeriksaan kamu kemarin gak?"
"Untuk apa?"
"Untuk membantu aku mencari orang yang mau mendonorkan hatinya ke kamu."
"Gak usah repot-repot sahabat, adanya kamu disini pun aku juga senang".
"Tapi, tanpa hadirnya dirimu di luar bersamaku aku gak senang. Sekarang mana hasil lab-nya.". Mikki pun memberikan hasil labnya kepadaku. Aku pun langsung beraksi. Aku pergi ke setiap rumah sakit yang ada dikota ini. Aku mencari apakah ada yang mau mendonorkan hatinya ke Mikki. Gayaku mencari hati sama seperti Detectif yang sedang mencari barang bukti untuk di serahkan ke hukum. Tapi, aku gak mau sampai ada sangkut-pautnya dengan hukum. Karena aku bukan detectif. Mikki, tunggu aku ya. Aku akan memberikan sesuatu untukmu tanpa kau sadari. Aku hanya ingin kamu cepat sembuh kok, Ki. Gak lebih.

0 komentar:

Posting Komentar

SAHABAT

Selalu dalam suka duka dan Selamanya bersama